Jadilah Ahli Al-Qur’an dan Janganlah Mencampakkannya #2

Oleh: Charis Thohari Rohman, S.Sy, S.Th.I, Al-Hafidz

Merujuk apa yang dikemukakan oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir dan Imam Ibnu Qayyim pada pembahasan edisi sebelumnya tentang macam-macam fenomena hajrulQur’an (mencampakkan Al-Qur’an) berdasarkan penafsiran (interpretasi) dari surat al-Furqan ayat 30, berikut kami paparkan secara terperinci. Tindakan yang termasuk hajrul Qur’an antara lain:

Pertama, Enggan Mendengar dan Menyimak Al-Qur’an

Mendengar Al-Qur’an merupakan sebab turunnya rahmat Allah Azza wa Jalla kepada seseorang. Bagi orang-orang yang beriman mendengar bacaan Al-Qur’an dapat membuat mereka kusyuk, menentramkan hati, dan menjadikan hati mereka takut kepada Allah SWT. Mereka akan hanyut bersamaan dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an yang didengarkannya sehingga menjadi sebab kasih sayang Allah  turun kepada mereka. Allah SWT berfirman:

وَإِذَاقُرِئَالْقُرْآنُفَاسْتَمِعُوالَهُوَأَنْصِتُوالَعَلَّكُمْتُرْحَمُونَ

“Dan Apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikan dengan tenang agar kamu mendapatkan rahmat”

(QS. Al-A’raf: 204).

Allah SWT juga berfirman:

إِنَّمَاالْمُؤْمِنُونَالَّذِينَإِذَاذُكِرَاللَّهُوَجِلَتْقُلُوبُهُمْوَإِذَاتُلِيَتْعَلَيْهِمْآيَاتُهُزَادَتْهُمْإِيمَانًاوَعَلَىرَبِّهِمْيَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah apabila disebut nama Allah gemetarlah hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah imannya, dan mereka hanya bertawakal kepada Tuhan mereka” (QS. Al-Anfal: 2).

Demikianlah seperti dikabarkan AllahAzza wa Jallasalah satu ciri atau tanda orang beriman adalah senang mendengar atau diperdengarkan Al-Qur’an. Maka menjadi masalah jika seseorang yang mengaku beriman namun tidak senang mendengarkan atau diperdengarkanAl-Qur’an. Menolak dengan alasan terganggu, sementaralebih senangdengandiperdengarkan musik.Bagaimana cahaya Allah Azza wa Jallaakan masuk kepadanya jika mendengarAl-Qur’an saja yang notabenemerupakan sebab pertama turunnya hidayah sudah enggan, tidak suka, dan menolak. Tentu untuk menuju ke tahap interaksi dengan Al-Qur’anberikutnya lebih enggan lagi.

Enggan mendengar dan diperdengarkan Al-Qur’an adalah merupakan sifat dan watak dasar orang-orang kafir jahiliyyah.Alasan mereka (orang-orang kafir jahiyyah) menolak mendengarkan Al-Qur’an adalah karena kesombongan mereka. Mereka bukannya tidak mengetahui Al-Qur’an adalah firman AllahSWT. Kesombongan mereka yang enggan mendengarkan lantunan Al-Qur’an dilatarbelakangi karena ketakutan mereka akan terbawa arus olehayat-ayat Al-Qur’an yang dibacasehingga membawa mayoritas merekamasuk Islam dan mengakui kerasulan Muhammad SAW. Perasaan khawatirakan kehilangan pengikut, mereka cegah jauh-jauh hari dengan melakukan tindakan preventive yaknimelarang orang-orang dari kaumnya mendengarkan Al-Qur’an.Kegaduhan demi kegaduhan mereka buat untuk mengalihkan dan mengalahkan suara lantunan Al-Qur’an yang dibaca oleh umat Islam. Allah SWT menceritakan kejadian ini dalam firman-Nya:

وَقَالَالَّذِينَكَفَرُوالاتَسْمَعُوالِهَذَاالْقُرْآنِوَالْغَوْافِيهِلَعَلَّكُمْتَغْلِبُونَ

“Dan orang-orang kafir berkata: janganlah kalian mendengarkan Al-Qur’an ini, dan buatlah kegaduhan terhadapnya agar kalian dapat mengalahkan mereka (orang-orang Islam)” (QS. Fushshilat: 26).

Berpaling mendengarkan Al-Qur’an karena keangkuhan berkonsekuensi besar terhadap keselamatan seseorang, yakni dapat menyeretnya kepada azab yang pedih –kita berlindung kepada Allah darinya- seperti yang difirmankan Allah Azza wa Jalla. Seperti yang telah difirmankan Allah Azza wa Jalla:

وَإِذَاتُتْلَىعَلَيْهِآيَاتُنَاوَلَّىمُسْتَكْبِرًاكَأَنْلَمْيَسْمَعْهَاكَأَنَّفِيأُذُنَيْهِوَقْرًافَبَشِّرْهُبِعَذَابٍأَلِيمٍ

“Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diriseolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan  di telinganya. Maka beri kabar gembirlah dia dengan azab yang pedih”(QS. Luqman: 7).

Seperti yang telah kami sebutkan, jika seseorang sudah enggan mendengar dan menyimak Al-Qur’an, tentu dia lebih enggan lagi dan tidak akan melakukan hal-hal lain seperti mengimani, membaca, memahami maknanya, mentadabbrurinya, menghafalkannya, dan mengamalkannya.

Kedua, Tidak Mengimani Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah benar seluruh berita yang disampaikan, terjaga keontetikannya, dan tidak ada keraguan sama sekali di dalamnya yang bersumber dari Dzat Pencipta Alam Semesta ini. Jika seseorang mengaku Islam namun meragukan Al-Qur’an baik dari segi isi, sumber, dan keasliannya ada yang berkurang walaupun hanya satu huruf saja, maka jumhur ulamatelah bersepakat, tanpa terkecuali dia dihukumi keluar dari Islam. Ini adalah akidah tegas, hitam di atas putih yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Allah SWT sudah menjelaskan keotentikan Al-Qur’an hingga hari kiamat

إِنَّانَحْنُنَزَّلْنَاالذِّكْرَوَإِنَّالَهُلَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Al-Qur’an, dan Sesunguhnya Kami benar-benar akan menjaganya” (QS. Al-Hijr: 9).

Bahkan mengimani Al-Qur’an tidak hanyadiwajibkan bagi umat Islam saja, akan tetapi juga diwajibkan atas seluruhumat beragama selain Islam. Oleh karenanya bagi mereka yang menolak mengimaninya dikatakan kafir, yang secara etimologi kafir adalah tertutup, maksudnya adalah tertutup dari kebenaran.Kebenaran bahwa Al-Qur’an merupakan risalah agung dari Allah Azza wa Jalla yang dibawa oleh Rasulullah SAW kepada seluruh alam tanpa terkecuali, baik dari golongan manusia maupun jin. Hal ini berbeda dengan pengutusan rasul-rasul sebelum beliau yang hanya diutus kepada kaumnya saja. Allah SWT berfirman:

وَمَاأَرْسَلْنَاكَإِلَّارَحْمَةًلِلْعَالَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al-Anbiya’: 107).

Rasulullah SAW juga bersabda:

وَالَّذِينَفْسُمُحَمَّدٍبِيَدِهِلَايَسْمَعُبِيأَحَدٌمِنْهَذِهِالْأُمَّةِيَهُودِيٌّأَوْنَصْرَانِيٌّثُمَّيَمُوتُوَلَايُؤْمِنُبِالَّذِيأُرْسِلْتُبِهِإِلَّاكَانَمِنْأَصْحَابِالنَّارِ

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditangan-Nya! Tidak ada seorangpun yang mendengar tentangku, baik seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah (Al-Qur’an), yang aku bawa, melainkan dia pasti termasuk penghuni neraka (kekal)” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketiga, Enggan Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an adalah merupakan bentuk dzikir kepada Allah yang paling agung–di luardzikir pada waktu-waktu tertentu dengan bacaan khusus- menurut kesepakatan jumhur ulama. Membacanya saja dinilai ibadah , setiap hurufnya bernilai kebaikan yang akan dibalas dengan sepuluh keli lipat. Sebagaimana diterangkan oleh Rasululullah SAW dalam sabdanya:

مَنْقَرَأَحَرْفًامِنْكِتَابِاللَّهِفَلَهُبِهِحَسَنَةٌوَالْحَسَنَةُبِعَشْرِأَمْثَالِهَالَاأَقُولُالمحَرْفٌوَلَكِنْأَلِفٌحَرْفٌوَلَامٌحَرْفٌوَمِيمٌحَرْفٌ

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya kebaikan, dan kebaikan tersebut dilipat gandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan “alif lam mim” itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”. (HR. Tirmidzi dan Hakim dengan sanad shahih).

Subhanallah! Coba kita berpikir secara matematis, jika membaca satu huruf dari Al-Qur’an akan memperoleh 10 kali lipat kebaikan. Seandainya kita membaca satu halaman dari mushhaf Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat 500 huruf misalnya, kemudian kita kalikan dengan 10 kebaikan maka hasilnya adalah 500X10= 5000 kebaikan. Jika setiap hari kita membaca 1 juz yang terdiri dari 20 halaman, maka hasilnya adalah: 20X500X10= 100.000 kebaikan. Dengan demikian jika dalam satu bulan kita membaca seluruh mushhaf Al-Qur’an 30 juz yang berarti sama dengan sekitar 600 halaman (hasil dari 20 halaman (lembar tiap 1 juz)X 30= 600 halaman). Jadi hasil keseluruhan kebaikan jika membaca 30 juz adalah 600X500X10 kebaikan= 3.000.000 kebaikan dalam satu bulan. Jumlah yang sangat fantastis bukan?

Karenanya membaca Al-Qur’an merupakan suatu perniagaan yang menguntungkan, dan sangat cepat sekaligus efektif untuk melejitkan pahala seseorang. Namun jarang orang yang mau merenunginya. Kebanyakan manusia kurang mantapdan yakin akan janji Allah berupa pahala yang begitu besar bagi orang yang membaca Al-Qur’an. Jika sudah enggan membaca Al-Qur’an dan lebih disibukkan dengan hal lain seseorang tentu akan merugi dan kehilangan banyak kebaikan, pahala, dan keutamaan.Sudah jelas perbuatan seperti ini termasuk kategori hajrul Qur’an.

Di antara keutamaan lain membaca Al-Qur’an adalah Al-Qur’an akan datang kepada pembacanya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya memberikan syafa’at kepada pembacanya.  Rasulullah SAW bersabda:

اقْرَؤُواالقُرْآنَ؛فَإنَّهُيَأتِييَوْمَالقِيَامَةِشَفِيعاًلأَصْحَابِهِ

“Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat memberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).”

Namun satu hal yang perlu diperhatikan di dalam membaca Al-Qur’an hendaknya memperhatikan kaidah bacaan Al-Qur’an, yakni tajwid dan makharijul huruf. Rasulullah SAW sendiri ber-talaqqi (bertatap muka langsung dengan dilihat mulut dan diperdengarkan bacaan beliau) secara langsung oleh malaikat Jibril ketika bulan Ramadhan. Hal ini dalam rangka untuk menjaga keaslian Al-Qur’andari segi bacaan sebagaimana ia diturunkan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *